Jumat, 14 Juni 2013

BAB I



BAB I
PENDAHULUAN

I.       Latar Belakang
Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat meluas keberbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan bangsa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang menyangkut dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Menurut WHO 81% AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa post partum.

1
 
Millenium Development Goals adalah hasil kesepakatan 189 negara termasuk Indonesia  yang mulai dijalankan pada September 2000. Adapun program pemerintah dalam rangka percepatan penurunan AKI guna mencapai target MDGs tahun 2015, telah dirumuskan skenario percepatan penurunan AKI yaitu, Target MDG 5 akan tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi dapat dicegah/dikurangi, pelayanan Antenatal dilakukan 4 kali selama kehamilan,  satu kali kunjungan pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga, kunjungan antenatal pertama (K1) harus dilakukan pada trimester pertama, guna mendorong peningkatan cakupan kunjungan antenatal, persalinan harus ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, ketersediaan pelayanan kegawatdaruratan Ibu hamil, bersalin dan nifas di fasilitas pelayanan dasar dan rujukan, bidan desa harus tinggal di desa (dalam satu desa minimal terdapat satu bidan yang tinggal di desa), guna memberikan kontribusi positif untuk pertolongan persalinan serta pencegahan dan penanganan komplikasi maternal, pelayanan KB harus ditingkatkan guna mengurangi faktor risiko 4 terlalu, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam kesehatan reproduksi responsif gender harus ditingkatkan untuk meningkatkan health care seeking behaviour.

Departemen kesehatan menargetkan angka kematian ibu pada 2010 sekitar 226 orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang pertahun. Berdasarkan survei terakhir tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor langsung penyebab tingginya AKI adalah perdarahan (45%), terutama perdarahan post partum. Selain itu adalah keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%), dan partus lama/macet (7%). Komplikasi obstetrik umumnya terjadi pada waktu persalinan, yang waktunya pendek yaitu sekitar 8 jam.

AKI yang tinggi menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. Jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Lampung sampai dengan bulan Desember tahun 2012 sebanyak 178 kasus. terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun 2011 yaitu 152 kasus. Penyumbang kematian  terbanyak adalah Kota Bandar Lampung dengan kasus terbanyak adalah eklampsia dan perdarahan, rata-rata penyebab kematian ibu adalah perdarahan (23%), eklampsi 33%, infeksi 2%, dan kematian karena adanya penyakit-penyakit lain 42%, (Dinkes Lampung, 2012).

Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam menanggulangi kematian ibu dan bayi di banyak negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya pertolongan difokuskan pada periode intrapartum upaya ini terbukti telah menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir yang disertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa.

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlansung selama kira-kira 6 minggu.

Selama masa pemulihan tersebut berlansung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namum jika tidak dilakukan pendampingan melaluli asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis (Sulistyawati, 2009; h. 1).

Masa nifas merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan meningkat. (Sulistyawati, 2009; h. 1). Infeksi masa nifas ini bermacam- macam salah satunya adalah infeksi yang terjadi pada payudara yaitu mastitis. (http://akubaiq.blogspot.com)
Menurut  Rukiyah dkk (2010; h. 351) mastitis akan terjadi jika bendungan ASI tidak diatasi. Pada masa nifas terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu-ibu pekerja, sebanyak 16% dari ibu yang menyusui. Adanya kesibukan keluarga dan pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan
perhatian ibu dalam melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung
mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kejadian bendungan ASI (http://stikeskusumahusada.ac.id) .

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi ASI. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi(bounding) kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembantasan waktu menyusui (Prawirohardjo, 2011; h. 652).

Dampak bendungan ASI yaitu statis pada pembuluh limfe akan mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri (WHO), walaupun tidak disertai dengan demam. Terlihat kalang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi. Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhinya terjadi mastitis (http://yuniochyrosiati.blogspot.com).

Berdasarkan hasil pre survey di BPS Nurmala Dewi, S. ST Rajabasa Jaya Bandar Lampung dari bulan Januari sampai akhir bulan April Tahun 2013 di peroleh hasil 72 ibu post partum yang melahirkan di BPS Nurmala Dewi. Dari 72 ibu post partum yang melahirkan di BPS Nurmala Dewi terdapat 20 yang mengalami bendungan ASI. Sedangkan di BPS Ketut Dani, Amd. Keb Rajabasa Bandar Lampung dari bulan Januari sampai bulan April Tahun 2013 diperoleh hasil 48 ibu post partum yang melahirkan di BPS Ketut Dani, Amd. Keb. Dari 48 ibu post partum yang melahirkan di BPS Ketut Dani, Amd. Keb terdapat 10 yang mengalami bendungan ASI.

Berdasarkan angka kejadian dan besarnya peran bidan dalam penerapan asuhan nifas dengan bendungan ASI, dalam rangka penurunan angka kejadian infeksi masa nifas maka penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny. F Umur 25 Tahun P1A0 dengan Bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi, S. ST untuk meminimalkan terjadinya infeksi pada masa nifas yang diakibatkan oleh bendungan ASI.






II.    Rumusan  Masalah
Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. F umur 25 tahun P1A0 dengan Bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi di Rajabasa Jaya Bandar Lampung Tahun 2013?”

III. Tujuan Penulisan
A.    Tujuan Umum
Peneliti dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. F umur 25 tahun P1A0 dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi Rajabasa Bandar Lampung.
B.      Tujuan Khusus 
1.      Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian pada ibu nifas khususnya pada Ny. F usia 25 tahun P1A0 Post Partum 4 hari dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi.
2.      Diharapkan penulis dapat menentukan interpretasi data pada ibu nifas khususnya pada Ny. F usia 25 tahun P1A0 Post Partum 4 hari dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi.
3.      Diharapkan penulis dapat menentukan diagnosa potensial pada ibu nifas khususnya pada Ny. F usia 25 tahun P1A0 Post Partum 4 hari dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi .
4.      Diharapkan penulis dapat melakukan tindakan segera atau kolaborasi pada ibu nifas khususnya pada Ny. F usia 25 tahun P1A0 Post Partum 4 hari dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi .
5.      Diharapkan penulis dapat merencanakan tindakan pada ibu nifas khususnya pada Ny. F usia 25 tahun P1A0 Post Partum 4 hari dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi .
6.      Diharapkan penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas khususnya pada Ny. F usia 25 tahun P1A0 Post Partum 4 hari dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi.
7.      Diharapkan penulis dapat melakukan evaluasi terhadap rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas khususnya pada Ny. F usia 25 tahun P1A0 Post Partum 4 hari dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi.

IV. Ruang Lingkup
A.    Sasaran
Objek yang diambil dalam Karya Tulis Ilmiah ini ialah satu orang ibu nifas yaitu Ny. F usia 25 tahun P1A0 Post Partum 4 hari di BPS Nurmala Dewi Rajabasa.
B.     Tempat
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengambil kasus di BPS Nurmala Dewi.
C.     Waktu
Pelaksanaan asuahan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah dilaksanakan dari tanggal 1 Mei 2013 - 11 Mei 2013.



V.    Manfaat Penelitian
A.    Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan ilmu dan sebagai acuan penelitian berikutnya.
B.     Bagi lahan praktek
Sebagai masukkan dan bahan informasi untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan kasus Bendungan ASI pada ibu nifas di BPS Nurmala Dewi Tahun 2013.
C.     Bagi Masyarakat
Dengan memberikan asuhan kebidanan diharapkan ibu nifas lebih mengerti akan pentingnya pemeriksaan postpartum untuk mengetahui komplikasi secara dini postpartum, dan memeriksakan secara rutin ke tenaga kesehatan. Serta bagi ibu nifas yang mengalami bendungan ASI dapat melakukan perawatan payudara serta posisi menyusui yang secara baik dan benar.
D.    Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Bendungan ASI pada ibu nifas, dan sebagai bahan perbandingan antara teori yang dieroleh dibangku kuliah dengan dilahan praktek.



VI. Metode Penulisan
A.    Metodologi Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah metode penelitian survey deskriptif yang dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu.
B.     Teknik memperoleh data
1.    Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain:
a.          Wawancara
Salah satu metode yang digunakan penulis untuk mendapatkan data adalah dengan wawancara, dimana penulis mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), dan bercakap dengan berhadapan muka dengan orang tersebut. Jadi data diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara dalam penelitian adalah menggunakan metode wawancara auto anamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer karena langsung dari sumbernya.
b.         Pengkajian fisik
Penulis melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien mulai dari kepala sampai kaki dengan tehnik inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
2.    Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain. Teknik untuk memperoleh data sekunder yaitu sebagai berikut:
a.    Studi pustaka
     Penulis mencari, mengumpulkan, dan mempelajari referensi yang relevan berdasarkan kasus yang dibahas yaitu Asuhan pada nifas normal dari beberapa buku dan informasi dari internet.
b.    Studi Dokumentasi
     Studi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien bersumber dari catatan bidan, maupun sumber lain yang menunjang seperti hasil pemeriksaan diagnostik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar