BAB
I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Masalah kesehatan pada
ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat meluas keberbagai aspek
kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan bangsa dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang menyangkut dengan
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Menurut WHO 81% AKI
akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa post partum.
|
Departemen kesehatan
menargetkan angka kematian ibu pada 2010 sekitar 226 orang dan pada tahun 2015
menjadi 102 orang pertahun. Berdasarkan survei terakhir tahun 2007 AKI di
Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor langsung penyebab
tingginya AKI adalah perdarahan (45%), terutama perdarahan post partum. Selain
itu adalah keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%), dan partus lama/macet
(7%). Komplikasi obstetrik umumnya terjadi pada waktu persalinan, yang waktunya
pendek yaitu sekitar 8 jam.
AKI yang tinggi
menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. Jumlah kasus kematian ibu yang
dilaporkan di Provinsi Lampung sampai dengan bulan Desember tahun 2012 sebanyak
178 kasus. terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun 2011 yaitu
152 kasus. Penyumbang kematian terbanyak
adalah Kota Bandar Lampung dengan kasus terbanyak adalah eklampsia dan
perdarahan, rata-rata penyebab kematian ibu adalah perdarahan (23%), eklampsi
33%, infeksi 2%, dan kematian karena adanya penyakit-penyakit lain 42%, (Dinkes
Lampung, 2012).
Masa nifas merupakan
hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di
indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam menanggulangi kematian ibu dan bayi
di banyak negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya pertolongan
difokuskan pada periode intrapartum upaya ini terbukti telah menyelamatkan
lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir yang disertai dengan
penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa.
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai
setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlansung selama kira-kira 6
minggu.
Selama masa
pemulihan tersebut berlansung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara
fisik maupun psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namum
jika tidak dilakukan pendampingan melaluli asuhan kebidanan maka tidak menutup
kemungkinan akan terjadi keadaan patologis (Sulistyawati,
2009; h. 1).
Masa nifas
merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan
pemantauan karena pelaksaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu
mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas,
seperti sepsis puerperalis. Jika
ditinjau dari penyebab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian
terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga
kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan
pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkan karena
bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan
demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan meningkat. (Sulistyawati,
2009; h. 1). Infeksi masa nifas ini bermacam- macam salah satunya
adalah infeksi yang terjadi pada payudara yaitu mastitis. (http://akubaiq.blogspot.com)
Menurut
Rukiyah dkk (2010; h. 351) mastitis akan
terjadi jika bendungan ASI tidak diatasi. Pada masa nifas terjadinya bendungan ASI di Indonesia
terbanyak adalah pada ibu-ibu pekerja, sebanyak 16% dari ibu yang menyusui. Adanya
kesibukan keluarga dan pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan
perhatian ibu dalam melakukan
perawatan payudara sehingga akan cenderung
mengakibatkan terjadinya peningkatan
angka kejadian bendungan ASI (http://stikeskusumahusada.ac.id) .
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua
atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi ASI. Bendungan disebabkan oleh
pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui,
produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi(bounding) kurang
baik, dan dapat pula karena adanya pembantasan waktu menyusui (Prawirohardjo,
2011; h. 652).
Dampak
bendungan ASI yaitu statis pada
pembuluh limfe akan mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi
berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat,
akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri (WHO), walaupun tidak
disertai dengan demam. Terlihat kalang payudara lebih lebar sehingga sukar
dihisap oleh bayi. Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhinya
terjadi mastitis
(http://yuniochyrosiati.blogspot.com).
Berdasarkan
hasil pre survey di BPS Nurmala Dewi, S. ST Rajabasa Jaya Bandar Lampung dari
bulan Januari sampai akhir bulan April Tahun 2013 di peroleh hasil 72 ibu post
partum yang melahirkan di BPS Nurmala Dewi. Dari 72 ibu post partum yang
melahirkan di BPS Nurmala Dewi terdapat 20 yang mengalami bendungan ASI.
Sedangkan di BPS Ketut Dani, Amd. Keb Rajabasa Bandar Lampung dari bulan
Januari sampai bulan April Tahun 2013 diperoleh hasil 48 ibu post partum yang
melahirkan di BPS Ketut Dani, Amd. Keb. Dari 48 ibu post partum yang melahirkan
di BPS Ketut Dani, Amd. Keb terdapat 10 yang mengalami bendungan ASI.
Berdasarkan
angka kejadian dan besarnya peran bidan dalam penerapan asuhan nifas dengan
bendungan ASI, dalam rangka penurunan angka kejadian infeksi masa nifas maka
penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny.
F Umur 25 Tahun P1A0 dengan Bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi, S. ST untuk
meminimalkan terjadinya infeksi pada masa nifas yang diakibatkan oleh bendungan
ASI.
II.
Rumusan Masalah
“Bagaimanakah
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. F umur 25
tahun P1A0 dengan
Bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi di Rajabasa Jaya Bandar Lampung Tahun 2013?”
III.
Tujuan Penulisan
A.
Tujuan Umum
Peneliti
dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. F umur 25 tahun P1A0 dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi Rajabasa Bandar
Lampung.
B.
Tujuan Khusus
1. Diharapkan
penulis dapat melakukan pengkajian pada ibu nifas khususnya pada Ny. F usia 25 tahun
P1A0 Post Partum 4 hari dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi.
2. Diharapkan
penulis dapat menentukan
interpretasi data pada
ibu nifas khususnya pada Ny. F usia 25 tahun
P1A0 Post Partum 4 hari
dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi.
3. Diharapkan
penulis dapat menentukan diagnosa potensial pada ibu nifas khususnya pada Ny. F usia 25 tahun
P1A0 Post Partum 4 hari
dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi .
4. Diharapkan
penulis dapat melakukan tindakan segera atau kolaborasi pada ibu nifas khususnya pada Ny. F usia 25 tahun
P1A0 Post Partum 4 hari
dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi .
5. Diharapkan
penulis dapat merencanakan tindakan pada ibu nifas
khususnya
pada Ny. F usia 25 tahun P1A0 Post Partum 4 hari dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi .
6. Diharapkan penulis
dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas
khususnya
pada Ny. F usia 25 tahun P1A0 Post Partum 4 hari dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi.
7. Diharapkan
penulis dapat melakukan evaluasi terhadap rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas khususnya pada Ny. F usia 25 tahun
P1A0 Post Partum 4 hari
dengan bendungan ASI di BPS Nurmala Dewi.
IV.
Ruang Lingkup
A. Sasaran
Objek yang
diambil dalam Karya Tulis Ilmiah ini ialah satu orang ibu nifas yaitu Ny. F
usia 25 tahun P1A0 Post Partum 4 hari di BPS Nurmala Dewi Rajabasa.
B. Tempat
Dalam Karya Tulis
Ilmiah ini penulis mengambil kasus di BPS Nurmala Dewi.
C. Waktu
Pelaksanaan
asuahan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah dilaksanakan dari tanggal 1 Mei 2013
- 11 Mei 2013.
V.
Manfaat Penelitian
A. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber bacaan bagi
mahasiswi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan ilmu dan
sebagai acuan penelitian berikutnya.
B. Bagi lahan praktek
Sebagai masukkan dan bahan informasi
untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan kasus Bendungan ASI pada ibu
nifas di BPS Nurmala Dewi Tahun 2013.
C. Bagi
Masyarakat
Dengan
memberikan asuhan kebidanan diharapkan ibu nifas lebih mengerti akan pentingnya
pemeriksaan postpartum untuk mengetahui komplikasi secara dini postpartum, dan
memeriksakan secara rutin ke tenaga kesehatan. Serta bagi ibu nifas yang
mengalami bendungan ASI dapat melakukan perawatan payudara serta posisi menyusui
yang secara baik dan benar.
D. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Bendungan ASI pada ibu nifas, dan sebagai
bahan perbandingan antara teori yang dieroleh dibangku kuliah dengan dilahan
praktek.
VI.
Metode
Penulisan
A.
Metodologi
Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah metode penelitian survey deskriptif yang
dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dan untuk
menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan
kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu.
B.
Teknik
memperoleh data
1.
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Untuk mendapatkan data primer,
peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain:
a.
Wawancara
Salah satu metode yang digunakan penulis
untuk mendapatkan data adalah dengan wawancara, dimana penulis mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), dan
bercakap dengan berhadapan muka dengan orang tersebut. Jadi data diperoleh
langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara
dalam penelitian adalah menggunakan metode wawancara auto anamnesis yaitu
anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh
adalah data primer karena langsung dari sumbernya.
b.
Pengkajian
fisik
Penulis melakukan pemeriksaan fisik secara
sistematis pada klien mulai dari kepala sampai kaki dengan tehnik inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
2.
Data
sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber
yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh
dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal,
dan lain-lain. Teknik untuk memperoleh data sekunder yaitu sebagai berikut:
a. Studi pustaka
Penulis mencari, mengumpulkan, dan mempelajari
referensi yang relevan berdasarkan kasus yang dibahas yaitu Asuhan pada nifas
normal dari beberapa buku dan informasi dari internet.
b. Studi Dokumentasi
Studi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien bersumber dari catatan bidan, maupun sumber lain yang menunjang
seperti hasil pemeriksaan diagnostik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar